Bosnia Herzegovina

Sekitar tahun 2006/2007 gue inget lagi baca RPUL karena mau ujian, terus ngeliat negara yang namanya "Bosnia Herzegovina". Little me thought "wow bagus juga yah namanya kaya nama perempuan cantik".
Di kepala gue Bosnia itu kaya di antah berantah banget (maklum ya, namanya juga akamsi born and raised, gak well travelled lagi).

Fast forward to present days, begitu gue dapet kesempatan buat tinggal di Belanda, yang gue niatin adalah (selain lulus dengan baik) bisa pergi ke Bosnia walaupun cuma numpang liat sedikit. Idk why but I guess it's got something to do with satisfying my inner child.
And I did!
---

Ceritanya bulan Mei 2023 lalu gue pergi ke Dubrovnik, Kroasia. Jujur tujuan utamanya mau ke Mostar, Bosnia.
Cuma karena gue belum pede dengan travel skill gue untuk kesana, gue cari kota sekitaran yang masih touristy banget.
Too bad waktu gue kesana tuh cuaca lagi gloomy banget. Hujan, gelap selama 4 hari berturut-turut.
Tapi untungnya waktu gue ke Mostar cuacanya sempet cerah.
And that place is so pretty.

Gue ikutan day-trip dari Dubrovnik. Jujur shady banget gue naik van item isinya 8 orang gitu.
Ada geng ibu ibu, pasangan yang lagi honeymoon, satu cowo solo traveller, dan gue.
Supirnya juga gak jelasin apa apa selain ngomong "gue orang Bosnia" pas kita naik mobil terus udah.
At this point gue cuma doa dan share location ke orang aja, just in case ini bukan tur beneran.

Jadi perjalanan ke Bosnia dari Dubrovnik naik mobil itu sekitar 2-3 jam. Sepanjang jalan ngelewatin tebing yang cantik banget.
Walaupun ujan deres dan mendung tapi rasanya cukup peaceful sepanjang perjalanan.
Pertama kali sampe Bosnia, kita dianterin ke Počitelj.

Ini tuh kaya historic village di Bosnia, tbh I wish the tour guide would speak more tapi dia engga ngomong apa apa.
Hari itu isinya cuma geng van item ber-8 itu aja, it was a rainy but very serene day.

Setelah dari Počitelj, kita lanjut pergi lagi ke air terjun Kravica.

Tbh, the weather was terrible. 100% did not fit the waterfall vibe.
Satu hal yang gue inget dari kunjungan ke Kravica itu gue ketemu pasangan Malaysia yang umurnya udah 70+. Si Bapak lagi motoin si Ibu di pinggir air terjun.
Mereka ngajak gue ngobrol karena dikira gue juga orang Malaysia.
Terus mereka cerita lagi tur Eropa Timur dan mereka sewa mobil dari Albania, Macedonia, Bulgaria, Bosnia. Tbh, yang gue inget saat itu gue langsung bilang mereka living the dream life banget.
Karenaa untuk bisa ngelakuin itu di usia segitu berarti mereka sehat, kaya, masih menikah, gak terikat untuk selaluuu ngurusin kerjaan/keluarga 24/7.

Setelah dari Kravica, akhirnya gue ke Mostar. Untungnya waktu di Mostar itu cuacanya udah lumayan membaik, hujan udah berhenti, matahari sedikit muncul.

Highlight dari Mostar adalah jembatannya, yang disebut Stari Most.
Sepanjang jalan menuju Stari Most memang isinya pedagang kaki lima yang jualan souvenir, makanan Bosnia dan Turkish, taplak meja embroidery, dan lain lain.
Jadi, this part of Bosnia itu banyak Bosniaks of Turkish descendants, makanya bahkan sampe makanan khasnya pun banyak pengaruh Turki.

Pas abis ngelewatin Stari Most, gue ketemu masjid dan gue kaget pas ngeliat orang pada bayar buat masuk. Ternyata diluar jam solat itu dijadiin museum. Begitu azan zuhur, gue izin buat masuk untuk solat dan sama petugasnya gak disuruh bayar gengs.

TERNYATAA di jendela tempat solat cewe di masjid itu kaya hidden gem best viewing spot untuk ngeliat Stari Most. Jujur, ini salah satu pengalaman solat paling unik.
Terutama setelah gue salam ternyata gue diliatin dan difotoin turis turis (berhubung ini kan juga museum ya guys) walaupun emang tempat solat itu restricted buat dimasukin tapi tetep aja kita visible dari tempat mereka tur.

Foto dari belakang masjid

Terus yaudah gue jalan lagi ngelilingin Mostar, gue ngeliat kompleks kuburan yang terawat banget di depan Museum of War and Genocide.
Karena gue gak tau mau ngapain, akhirnya gue masuk ke museum itu tanpa tau apa apa tentang history Bosnia. Gue wondering dulu siapa ya yang digenosida di Bosnia, only to find out ternyata Bosniak muslims (for reference: history).
Di museum itu banyak memori dari diorama penjara mereka, video dokumentasi, pakaian yang tersisa, tapi yang paling heartbreaking itu surat/voicemail dari korban di detik detik mereka tau mereka akan dibunuh.
It was disturbing, but I was glad I got in and learned about their history.

Setelah dari museum itu, gue pergi ke pemakaman di sebrangnya yang ternyata banyak keluarga/korban genosida yang disemayamkan di sana.
Terus gue denger azan ashar di masjid depan pemakaman tsb setelah 5 bulan gak denger azan di publik.
It felt sacred, esp. with the drizzle.

That was the end of my visit to Bosnia, and I returned to Dubrovnik.
On the way back, I couldn't stop but thinking about how amazing it was that I got to experience the actual Bosnia Herzegovina in this lifetime.
But most of the time, I felt small, and smaller after realizing just how different it is the reality that we faced. Or how different Bosnia is compared to the rest of Europe that I had seen.

Comments

Popular Posts