Andalusia, Part 1: Granada

Sekitar Januari tahun lalu, mungkin sekitar 2 minggu setelah pindah ke Rotterdam, gue udah bertekad mesti ke South of Spain (Andalusia) mumpung lagi tinggal di Eropa.
Soalnya, sekalinya pulang ke Indonesia tuh kalo mau jalan ke Andalusia mesti transit berkali-kali dulu.
Plus, setelah riset tentang Spanyol Selatan, gue rasa ini tempat yang aman gitu kalo mau solo travel.
Howeveeerrr, di antara semua itu, how can I not love (at least, the concept of me going to) South of Spain? It's Europe but make it Arab (or kind of).
Cuacanya, bangunannya, sejarahnya, makanannya, vibe-nya, semuanya!
So it was decided, I spent a week to visit Granada, Cordoba, and Sevilla. 
---

Granada
Jadi, kota pertama yang gue datengin adalah Granada.
Tujuan gue ke Granada sejujurnya cuma mau ngeliat Alhambra aja. Semua temen gue yang pernah ke sana pada bilang bahwa Alhambra bener bener majestic, breathtaking, super cantik, super semuanya.
Pas sampe di sana, I confirm that it's 100% true.

Gue pergi ke Granada diminggu pertama November 2023, the weather was no less than perfect.
Waktu pertama sampe tuh gue sampe nge-chat suami gue kayanya ini adalah one of the most perfect days I've had in my life! Temperaturnya, breeze-nya, langitnya, semuanya!
Mind you, I barely plan my itinerary in general. I had nothing on my list except for visiting Alhambra for the 2.5 days I was going to spend in Granada.
But Granada is a quite small city, you can walk your way to roam around town even though it's mostly going uphill.
Gue tinggal di deket Granada Cathedral, yang mana kayanya area ini memang kumpulan tourist attraction.


Sesampainya di Granada, rasanya emang kaya gak di tipikal european cities.
Soundtrack di kepala gue itu langsung berubah jadi kaya middle-easterny kaya seakan gue di film Aladdin he he he.
The Moorish influence is still strong. Considering the 8 centuries of Arabs occupation, I get it.

Hari pertama, gue ke Alcaiceria, ini tuh bisa dibilang kaya pasar Arab gitu ya.
Ada 1 kompleks isinya gang gang, jualan baju baju dan souvenir. Pedagangnya rata rata orang Arab dan mereka juga kalo ngobrol satu sama lain pake bahasa Arab.


Setelah itu, gue jalan ke  Mirador San Nicolas, salah satu view point Alhambra terpopuler.
Dari penginapan gue, jalan ke sini tuh ngelewatin Arab town di Granada, namanya Albaicin/Albayzin.
Albayzin ini vibe-nya kaya kampung di negri 1001 malam gitu, di dongeng dongeng Abu Nawas, tapi juga agak kaya Santorini karena hampir semua bangunannya warna putih.
Pengaruh Arab-nya masih kerasa banget, mulai dari tipikal barang yang dijual, dekorasi, arsitektur, even orang orang di sana juga masih banyak yang keturunan negara Arab. Hikmahnya nih jadinya gampang banget nemu makanan halal.


Setelah jalan nanjak, akhirnya sampe juga di Mirador San Nicolas.
Tbh, even dengan keramaiannya, view Alhambra hari itu bener bener megah, memukau, pokoknya gue sampe kehabisan kata kata tuh, sangkinggggg.
Memang banyak orang yang nunggu sunset, ada juga musisi jalanan yang mainin lagu spanish but kinda make it arabic.
Gue belum pernah sih ke kota lain di Spanyol, tapi selama di Granada, banyak banget gitaris jalanan yang mainin lagu baguuuus banget, jadi keinget tante gue yang suka muter "Spanish Guitar Playlist" di Youtube. Mind you, this was the first time I realized why Gitar Spanyol is a diction of its own.


Besoknya, gue bangun pagi karena mau ke Alhambra.
Tiketnya udah gue beli dari 1 bulan sebelum hari H, kayanya kalau dateng pas high season kaya summer gitu mesti lebih dari jauh hari lagi karena tiket on the spot selalu hampir sold out.
Gue naik bus dari halte terdekat, seinget gue tarifnya flat ~1.5-2EUR. Gue bersyukur buanget naik bus karena ternyata jalan ke Alhambra dari downtown Granada itu bener bener hilly, nanjak banget dan nanjak terus.

Jadi Alhambra itu kompleks istana dan benteng yang dibangun oleh Arabs sewaktu Spanyol Selatan masih dibawah kekuasaan mereka, tepatnya waktu Dinasti Nasrid.
Alhambra artinya The Red One, karena memang dari luar keliatannya kaya bata merah.
Di sana tuh bangunannya kebagi jadi 3: Nasrid Palace (istana), Generalife (taman), dan Alcazaba (benteng). Sejujurnya, ini kompleks luaaaaaas banget kaya seengganya banget mesti 4 jam sendiri buat ngiterin semuanya.
Waktu itu gue masuk ke kloter pertama dateng ke Nasrid Palace (main palace, yang waktu masuknya strict sesuai jam yang tertulis di tiket).
Bener bener, breathtaking alias mempesona banget. Too bad gue travel sendiri jadi foto di sana yah alakadarnya aja ya... selain ratusan selfie yang udah menuhin memori iPhone 11 teman setia travel selama ini.


Berhubung waktu itu masih sepi, beberapa kali gue beneran sendirian di sebuah koridor/ruangan, I could not help but wonder betapa hebat dan pinternya orang orang yang ngebangun tempat ini.
Nasrid Palace itu arsitekturnya beda dengan tipikal istana di Eropa, karena ini dibangun oleh orang Islam, mereka sama sekali gak nempelin lukisan muka (kecuali di satu tempat), jadi semua ornamen dan dekorasi itu motif warna warni yang didesain dengan fondasi matematika geometri (kaya gambar di bawah ini).


Setelah dari Nasrid Palace, gue pergi ke Benteng Alcazaba. Dan kemudian gue jalan ke Generalife.


Jujur banget, ngeliat keseluruhan kompleks Alhambra ini bener bener salah satu highlight hidup gue di 2023, atau bahkan highlight my 20s altogether!
Cantik banget, banget, banget. It took my breath away. Sekarang gue jadi paham tuh kenapa ada drakor yang bikin drama di Alhambra.


Setelah ngabisin 6 jam di Alhambra, akhirnya gue jalan ke area Albayzin buat liat komplek rumah yang kaya di kampung Arab gitu lah ya konsepnya.
Rumahnya putih putih, penuh bunga bunga. Pas gue lewat sini kok rasanya mirip image Santorini yang ada di otak gue gitu pas nonton The Sisterhood of Travelling Pants, banyak yang nanem pohon jeruk juga di sini (yang akhirnya gue sadari ini emang ciri khas Andalusia).
It was a lovely, lovely day.


Setelah itu, buat nutup hari, gue pergi ke Tea House.
Granada ini terkenal dengan tea house-nya yang banyak. Banyak juga yang jual teh, yang jujur gue beli 1 pack dan wanginya sampe nembus tas sangking wangi banget itu bunga bunga Granada.
Tea House ini mostly ada di area Albayzin, yang punya orang middle east.
Beneran deh, pedagang di sana mostly keturunan Arab, muslim. Tokonya juga pada didekorasi ala 1001 malam gitu dengan kaligrafi, motif motif kearab-araban.
Setelah dari Tea House, gue pergi lagi ke daerah Cathedral buat ngeliatin sunset yang cantik banget, banget. 
---

Besok subuhnya, tepatnya jam 4.30 pagi gue jalan kaki ke Stasiun Granada buat naik kereta ~2,5-3 jam ke Sevilla.
And that is a story for another day!

Comments

Popular Posts