My first intake on adulting

I'm 24. Can I already say something about adulting?

---

Dari semua proses "adulting" alias pendewasaan yang gue alami selama ini, gue mulai menyadari bahwa hal yang paling penting untuk ketenangan diri & meaningful life adalah tau apa yang kita mau dan hanya bandingkan diri kita dengan kita di masa lalu.

Sebagai anak yang lahir dan dibesarkan di kota kecil, gue tumbuh di lingkungan yang relatif homogen & konservatif.
Orang tua gue juga cukup laid-back dan gak pernah nuntut gue apapun selain jadi anak yang bertanggung jawab (dan religius hehehe).
Sampe akhirnya suatu hari gue kuliah di wilayah pinggiran ibu kota dan ketemu orang yang jauh lebih heterogen.
Mungkin emang masih masa mencari jati diri juga kali ya, ditambah kepolosan gue jadi yaudah gue merasa bingung dalam proses mencari nilai hidup yang mesti gue percaya.
Puncaknya pas tahun ke-3 & 4 kuliah dimana gue merasakan tekanan untuk menjadi dewasa.
Ngeliat temen-temen yang super high achiever, postingan linkedin yang isinya prestasi, atau caption instagram yang kaya CV bagian "prestasi selama kuliah".
Sementara aku..? Hehehe

Gue rasa gue gak akan bisa lupa gimana gue sebel banget tiap denger lagunya John Mayer - Stop This Train karena gue berasa John menyindir gue (padahal siapalah aku ini ya).
I tried my best not to think about it deeply, gue rasa ini cuma sekedar fase.
Yang mana sekarang gue sadar itu beneran fase. Fase denial.

Kemudiaan, terlepas dari gak nyamannya perasaan itu, gue mesti berterimakasih karena perasaan itulah yang ngasih gue dorongan untuk mulai serius mikirin masa depan dan berusaha buat ngewujudin keinginan-keinginan itu.
Tapi tentu aja gak mudah. Penolakan, kegagalan, dll ngebuat gue merasa nambah kecil dan kecil tiap harinya. I hated myself for not being enough or at least not as good as my peers.
Ini fase yang kedua: anger.

Yah untungnya makin lama gue makin terbiasa dan tiap kali ada pressure itu ada bagian dari diri gue yang bilang "you'll be fine, just not now".

---

Semakin tua gue pun semakin sadar, lama lama pressure untuk menggapai sesuatu di suatu waktu itu ya hanya sekedar fenomena biasa.
The real flex is when you know what you want and you strive for it.
Because the truth is kita gak pernah punya kewajiban untuk menjelaskan diri & pilihan kita ke orang lain.

Walaupun jadi ex-MBB startup founder itu super cool & flashy di LinkedIn tapi itu bukan jadi patokan tunggal keberhasilan seseorang.
Pun sama dengan menikah di usia muda dan langsung menjadi ibu ibu dengan bisnis sampingan yang super sukses.

Both are very very cool but both are not necessarily great for everyone.

---

Tbh gue juga gak akan bilang gue udah di fase "acceptance" karena kenyataan cycle itu gak melulu berjalan lurus.
Kadang kita udah nerima keadaan, lalu besoknya kita balik lagi ke fase anger.
Cuma, gue udah belajar untuk selalu set ekspektasi dan berhenti untuk membandingkan diri kita dengan orang lain. Apalagi dari capaian2nya yang dipamerin di sosial media a.k.a dunia buatan.

Now is my time to focus on searching for what I want to be and how I would like to spend the rest of my life.

My another realization is: semua dari kita lahir dan tumbuh di lingkungan berbeda, dari keluarga, value, budaya yang juga berbeda. Most importantly, kita semua dianugerahi privilege yang juga berbeda-beda.
It's okay to be different. In fact, it's weird for all people to have the same goals.

Hafftt, who knows?

Comments

Popular Posts