Permulaan

Tulisan ini didedikasikan kepada sosok yang membuat saya suka membaca untuk pertama kalinya.

Hampir enam tahun lalu, saat saya masih duduk di bangku SMA, bisa dihitung jari berapa kali saya punya cukup niat untuk membaca buku wajib sekolah apalagi buku tambahan.
Sebenarnya memang sejak kecil saya tidak pernah betah membaca buku sampai habis.
Entahlah hanya saya baca setengahnya lalu saya lupakan, atau saya baca sampai habis walaupun harus berbulan bulan lamanya.
Diantara semua buku yang akhirnya saya baca, saya paling tidak pernah terpikir untuk membaca buku kesusastraan apalagi sastra Indonesia.
Menurut saya bacaan seperti itu sulit dimengerti, seperti sekedar memadankan kosakata yang jarang digunakan kemudian menyusun rimanya supaya enak didengar telinga.
Sampai akhirnya pada suatu hari, guru Bahasa Indonesia saya membacakan puisi karya Sitor Situmorang yang berjudul: Malam Takbiran.
Isi dari puisi tersebut hanya satu kalimat, yaitu:
Bulan di atas kuburan

Walaupun begitu, satu kalimat tersebut bisa punya seribu definisi.
Setidaknya begitulah menurut saya dan 30 orang lainnya yang ada di kelas Bahasa Indonesia saya saat itu.
Setelahnya, yang ada di pikiran saya adalah: menulis puisi itu memerdekakan, membebaskan.
Alasannya adalah karena seseorang bisa mencurahkan emosi yang ia rasakan tanpa benar benar memberi tahu apa yang ia rasakan.
Beberapa waktu setelahnya, saya pergi ke toko buku dan membeli buku kumpulan puisi karya Sapardi Djoko Damono: Hujan Bulan Juni.
Tidak ada alasan yang pasti kenapa saya memilih buku tersebut.
Mungkin hanya karena desain sampul bukunya yang menurut saya cukup menarik. Itu saja.
Setelah selesai membacanya, ada beberapa tulisan yang bahkan sampai sekarang tidak akan saya lupakan kata per katanya yaitu puisi 'Tuan' dan 'Aku Ingin'.
Dalam kata lain, impressive is an understatement.
Untuk itu, tulisan ini saya dedikasikan untuk mengungkapkan kekaguman saya kepada Sapardi:
sosok yang mampu membuat puisi indah terdengar sederhana tanpa kehilangan sedikitpun makna.
Juga sosok yang telah membuat saya (dan mungkin juga ribuan orang lainnya) ingin bisa menulis puisi.

Ditulis saat hujan di bulan Juni, 2018   

Comments

Popular Posts